Senin, 27 Februari 2012

Sa’ad bin Mu’adz, The Unstopable!

[D'Rise-#15] D’riser, coba bayangin ketika suatu saat kita ikut terjun ke tengah medan peperangan kolosal. Hunusan pedang, lesatan panah, dan lemparan tombak berseliweran tak tentu arah. Saat itu kita punya dua pilihan, lari tunggang langgang dari medan perang atau justru terus merangsek ke tengah mencari musuh? Seorang Sa’adz bin Muadz, justeru menghapus pilihan yang pertama. Pada perang Badar ketika rasull mempersilahkan sahabatnya menyampaikan buah pikiranya, berdirilah sahabat berkulit putih, bertubuh tinggi, gagah, berwajah rupawan dan berjenggot indah ini dan berkata: "Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepada Anda, kami percaya dan mengakui bahwa apa yang Anda bawa itu adalah hal yang benar, dan telah kami berikan pula ikrar dan janji-janji kami. Maka, laksanakahlah terus ya Rasulullah apa yang Anda inginkan, dan kami akan selalu bersama Anda. Dan, demi Allah yang telah mengutus Anda membawa kebenaran, seandainya Anda mengadapkan kami ke lautan ini, lalu Anda menceburkan diri ke dalamnya, pastilah kami akan ikut mencebur, tak seorang pun yang akan mundur dan kami tidak keberatan untuk menghadapi musuh esok pagi! Sungguh kami tabah dalam pertempuran dan teguh menghadapi perjuangan. Dan, semoga Allah akan memperlihatkan kepada Anda tindakan kami yang menyenangkan hati. Maka, marilah kita berangkat dengan berkah Allah Taala." Dalam perang khandaq, Rasullulah membangun parit di sekeliling benteng pertahanan untuk mencegah serangan musuh di sekeliling kota madinah. Ketika Rasul berencana untuk berunding agar gempuran itu tidak terjadi, Rasul minta pendapat dari sahabat dan Sa’ad bin Mu’adz angkat bicara: "Wahai Rasululallah, dahulu kami dan orang-orang itu berada dalam kemusyrikan dan pemujaan berhala, tiada mengabdikan diri kepada Allah dan tidak kenal kepada-Nya, sedang mereka tak mengharapkan akan dapat makan sebutir kurma pun dari hasil bumi kami, kecuali bila disuguhkan atau dengan cara jual beli. Sekarang apakah setelah kami beroleh kehormatan dari Allah dengan memeluk Islam dan mendapat bimbingan untuk menerimanya, dan setelah kami dimuliakan-Nya dengan Anda dan dengan agama itu, lalu kami harus menyerahkan harta kekayaan kami? Demi Allah kami tidak memerlukan itu dan demi Allah kami tak hendak memberi kepada mereka, kecuali pedang. hingga Allah menjatuhkan putusan-Nya dalam mengadili kami dengan mereka!" Pada perang khandaq itu Sa’ad terluka (riwayat Al-Baihaqi dari Jabir r.a menyebutkan terluka di bagian mata karena tombak). Dalam keadaan terluka beliau berdoa. " Ya Allah, jika dari peperangan dengan Qurays ini masih ada yang Engkau sisakan, panjangkanlah umurku untuk menghadapinya! Karena, tidak ada golongan yang diinginkan untuk menghadapi mereka daripada kaum yang telah menganiaya Rasul-Mu, telah mendustakan dan mengusrinya...! Dan seandainya Engaku telah mengakhiri perang antara kami dengan mereka, jadikanlah kiranya musibah yang telah menimpa diriku sekaran ini sebagai jalan untuk menemui syahid. Dan janganlah aku dimatikan sebelum tercapainya yang memuaskan hatiku dengan Bani Quraidha...!" Doa itu dikabul. Ketika pasukan Islam melakukan pengepungan hingga 25 hari di benteng Bani Quraidhah setelah perang khandaq. Hingga bani Quraidhah menyerahkan urusannya pada Sa’ad bin Mu’adz yang mereka pikir akan membela mereka. Rasullulah setuju. Ketika sa’ad datang dalam keadaan terluka, orang-orang (Anshar) berkata kepadanya, ‘Wahai Abu Amr, sesungguhnya Rasulullah saw. telah memberikan kepadamu otoritas dalam perkara ini untuk menetapkan hukumnya.” Setelah itu, Sa‘ad menetapkan, “Sesungguhnya aku menghukum mereka, yaitu: laki-lakinya dibunuh, harta mereka diambil dan dibagi-bagi; sedangkan wanita dan anak-anak mereka dijadikan sabaya (hamba sahaya karena turut dalam pertempuran). Dan rasull memuji atas keputusan itu. Dan beberapa hari setelah itu Sa’ad meninggal. Rasulullah Saw pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz, "Sa'ad telah menggoncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 malaikat." (HR Al-Baihagi dari Ibnu `Umar r.a.) Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Jibril menemui Nabi Saw lalu bertanya, "Siapakah hamba saleh yang wafat sehingga pintu-pintu langit terbuka untuknya dan `Arsy bergetar?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu`adz telah wafat. (HR Al-Baihaqi dari Jabir r.a) Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad, orang-orang mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini." Beliau menjelaskan, "Kalian merasa ringan, karena malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama-sama kalian." (Riwayat Ibnu Sa'ad dari Mahmud bin Lubaid) Driser, begitulah balasan bagi seorang yang unstopable (tidak dapat dihentikan) penuh menyambut perang laksana menyambut janji Allah akan surga atas mati sahid. Jadi, udah seharusnya keberanian seorang Sa’ad bin Mu’adz kita tanam dalam diri kita agar tak kenal rasa takut kecuali kepada Allah swt dalam menyampaikan kebenaran dan menjaga kemuliaan Islam dalam naungan khilafah. Allahu Akbar! Sumber: D'rise online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar