Kamis, 04 November 2010

Pemuda Bangkitlah! Islam Merindukanmu!


Pemuda Islam adalah pemuda harapan
Yang dengan tangannya lahir sebuah kejayaan
Menapak kehidupan dengan cahaya iman
Bergerak ke depan raih kebangkitan islam

Kita adalah singa-singa Ar-rohman
Hancur binasa musuh berbisa
Kita pejuang pembela kebenaran
Lepas belenggu runtuhkan angkara murka

Semangatmu bagai api menyala
Tergugahlah jiwa tuk turut berjuang
Pandangan matamu tebarkan cahaya
Hapus angan-angan raih kemenangan..raih kemenangan

Bangkitlah hai pemuda Islam
Kau tunas harapan penuh penantian
Wujudkanlah cita dan impian
dengan kekuatan kita kan berjaya

Bergerak ke depan raih kemenangan..
raih kemenangan..raih kemenangan!

- Ar Ruhul Jadid-

Syabab.Com - Pemuda memegang peranan penting dalam hampir setiap perjuangan meraih cita-cita. Dalam sejarah da’wah Islam, pemuda memegang peranan yang sangat penting. Para Nabi dan Rosul diutus Allah untuk menyampaikan ajaran agama terpilih dari kalangan pemuda yang rata-rata berusia sekitar empat puluh tahunan. Dalam alQuran terdapat banyak kisah keberanian pemuda. Rosulullah Muhammad Saw ketika diangkat menjadi rosul berumur empat puluh tahun. Pengikut beliau yang merupakan generasi pertama, kebanyakan juga dari kalangan pemuda bahkan ada yang masih anak-anak. Mereka dibina oleh rosulullah setiap hari di Daarul Arqam. Diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam, yang paling muda ketika itu keduanya berumur 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah (11), al Arqam bin Abi al Arqam (12), Abdullah bin Mas’ud (14) yang kelak menjadi salah satu ahli tafsir terkemuka, Saad bin Abi Waqqash (17) yang kelak menjadi panglima perang yang menundukkan Persia, Jafar bin Abi Thalib (18), Zaid bin Haritsah (20), Utsman bin Affan (20), Mush’ab bin Umair (24), Umar bin Khatab (26), Abu Ubaidah Ibnul Jarah (27), Bilal bin Rabbah (30), Abu Salamah (30), Abu Bakar Ash Shidiq (37), Hamzah bin Abdul Muthalib (42), Ubaidah bin al Harits, yang paling tua diantara semua sahabat yang berusia 50 tahun.

Pemuda gagah berani yang hidupnya didedikasikan hanya untuk kejayaan Islam seperti inilah yang sanggup memikul beban da’wah dan bersedia berkorban serta menghadapi berbagai siksaan dengan penuh kesabaran. Mereka mendapatkan kebaikan, rahmat dan ampunan dari Allah. Mereka inilah yang disebut dengan orang muflih (beruntung).

Umat Islam saat ini masih dililit sejumlah permasalahan krusiall yang bisa menggiring umat menjadi pecundang sejati di era global. Di antaranya masalah kemiskinan. Kalau kita sejajarkan negiri-negiri Islam dari Maroko hingga Indonesia, umumnya masih dibelit kemiskinan yang bersifat struktural dan kultural sekaligus.

Apalagi kalau kita tukikan pandangan ke negara-negara Afrika dan Asia Selatan, maka angka kemiskinan makin membuncah. Sebutlah negara-negara seperti Nigeria, Sudan, Ethiopia, Senegal, Chad, atau Pantai Gading yang mayoritas Muslim, ternyata masih dibelit kemiskinan akut. Kematian akibat kekuragan gizi alias kelaparan masih menjadi pamandangan biasa di benua hitam. Begitu pula di Asia Selatan. Gejala serupa juga melanda Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Umat Islam juga masih dibelit korupsi. Di antara problem krusial yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam adalah korupsi. Korupsi memang gejala mondial, seiring dengan perkembangan kapitalisme yang merusak, tetapi korupsi di negiri-negiri Muslim betul-betul telah bersifat destruktif. Ironisnya, terjadi pula resistensi atas gerakan antikorupsi.

Problem lainnya berkaitan dengan sektor pendidikan dan kesehatan yang masih parah. Secara umum negiri-negiri Muslim tergolong sedang berkembang. Secara geografis, umumnya terletak di Afrika dan Asia. Tingkat pendidikan masih memprihatinkan. Masih banyak yang buta huruf. Angka partisipasi di dalam pendidikan masih rendah. Sulit bagi mereka bicara tantangan global, ketika sebagian besar mereka masih sibuk dengan urusan perut.

Di bidang kesehatan, negiri-negiri Muslim juga masih dibelit berbagai macam penyakit menular. Sementara pemerintahnya yang memiliki anggaran terbatas tidak berdaya. Apalagi sebagiannya hilang di meja-meja birokrasi. Jadi penyebab lainnya, ketidakmampuan menangani atau mengelola sektor kesehatan. Manajemen korup menyebabkan anggaran yang dialokasikan bagi peningkatan kesejahteraan warga menjadi hilang begitu saja.

Konflik yang berkepanjangan di negiri-negiri Muslim juga problem tersendiri. Secara umum, ini merupakan global paradox, sebagaimana dikatakan John Naisbit dan Patricia Aburden (1990), namun intensitas konflik di negiri-negiri Muslim sangat tidak masuk akal. Sering konflik itu terjadi antara umat Islam sendiri. Kondisi paling memperihatinkan tentu gejala terorisme. berbagai konflik yang terjadi di sejumlah negara berpenduduk mayoritas Islam lebih banyak dipicu oleh faktor eksternal ketimbang internal di antara umat Muslim di negara-negara tersebut.

Terkait dengan faktor eksternal tersebut, ulama terkemuka Suriah sekaligus pemikir Islam yang buku-bukunya menjadi bacaan wajib di berbagai negara, Prof Dr Wahbah Az-Zuhaili, menegaskan, selama 14 abad negara-negara Arab hidup dalam damai. ”Sejak Amerika Serikat datang dan menanamkan pengaruhnya, justru terjadi perpecahan di negara-negara Arab,”

Bila kejayaan Islam masa lalu muncul karena da’wah Islam yang banyak ditopang oleh para pemuda Islam yang memiliki sikap perjuangan yang gigih, sanggup menyisihkan waktunya siang malam demi perjuangan Islam, maka demikian juga dengan masa depan Islam. Sunnatullah tidak berubah. Siapa yang unggul maka dialah yang memimpin. Umat Islam di masa lalu terutama para pemudanya unggul karena mereka memeluk Islam secara kaffah, lurus aqidahnya dan taat pada syariat.

Untuk membangkitkan umat, diperlukan pemuda-pemuda yang mau bergerak secara ikhlas dan sungguh-sungguh untuk meraih kembali kejayaan Islam. Pemuda yang dibutuhkan adalah para pemuda Islam sekualitas para sahabat yang memiliki tauhid yang lurus, keberanian menegakkan kebenaran serta memiliki ketaatan pada Islam. Dengan dorongan peran pemuda inilah maka perjuangan penegakan kembali aturan Allah di muka bumi ini akan berlangsung dengan giat sehingga Islam kembali tegak..

Yakinlah pada diri kita bahwa kita mampu menjadi pribadi-pribadi muslim yang tangguh dan berpengaruh seperti Ali bin Abi Thalib, Imam Syafi’I dll. Insya Allah dengan izin Allah kita akan bisa menjadi seperti mereka asal kita mau serta diiringi dengan usaha yang sungguh-sungguh.

Pemuda memiliki potensi yang sangat besar dalam melakukan proses perubahan. Pemuda adalah sosok yang suka berkreasi, idealis dan memiliki keberanian serta menjadi inspirator dengan gagasan dan tuntutannya. Ummat Islam saat ini sedang menantikan siapa yang akan mengembalikan bangunannya kembali, mengeluarkan mereka dari kejahiliahan, dan menyelesaikan problem-problem keumatan. Bukan hanya ulama, umara, politisi atau pengusaha yang mampu mengatasi problematika umat, tapi juga pemuda memiliki peran yang lebih penting. Dengan segala potensi yang dimilikinya, pemudalah yang diharapkan mampu menyelesaikan problematika umat.

Generasi muda adalah penentu perjalanan bangsa di masa berikutnya. generasi muda, mempunyai kelebihan dalam pemikiran yang ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya. Pemuda adalah motor penggerak utama perubahan. Pemuda diakui perannya sebagai kekuatan pendobrak kebekuan dan kejumudan masyarakat.

Ssehingga kita menyadari bahwa masa depan islam terletak diatas pundak para pemudanya. Merekalah yang memegang kendali bahtera islam. Kemanapun mereka mau, maka kesanalah bahtera itu melaju. Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kebangkitan islam di masa mendatang dimenifestasikan oleh pemuda, dengan syarat mereka mempunyai kesadaran dan kecintaan penuh pada agamanya. Jika prasyarat ini gagal ditanamkan pada jiwa mereka, niscaya tragedi kebangkitan islam tidak akan pernah berkumandang di dunia ini, akibatnya sekularisme seperti di Turki akan terulang-ulang lagi di negeri-negeri Islam. Maka, lahirlah Ataturk-Ataturk baru yang mengagumi Barat beserta aturannya.[chan/syabab.com]

Ikutilah Aksi HTI Bersama Umat “Tolak Obama (Presiden Negara Penjajah)”


Di tengah Indonesia dilanda bencana, Obama datang membawa agenda yang akan membuat bencana lebih besar lagi.

Bencana yang lebih besar itu adalah dikokohkannya penjajahan AS di Indonesia, melalui Kemitraan Komprehensif AS – Indonesia.

Sang penjajah Obama akan berpidato pada tanggal 10 November 2010, padahal 10 November 1945 Bung Tomo berpidato mengusir penjajah, dengan pekik “Allahu Akbar”

“Allahu Akbar”; ikuti aksi Hizbut Tahrir Indonesia bersama Ummat Tolak Obama.

Jakarta :
• Long March dari depan Istana Negara – Kedubes Amerika Serikat
• Ahad; 7 November 2010
• Pukul : 08.00 – 12.00

Aksi ini Dilaksanakan diberbagai kota seluruh Indonesia, antara lain:

Semarang, Surabaya, Palembang, Samarinda
• Jum’at, 5 November 2010

Malang, Banda Aceh, Lampung, Palangkaraya, Makassar
• Sabtu, 6 November 2010

Medan; Banjarmasin, Jember, Babel, Balikpapan, Kendari, Palu, Papua,
• Ahad, 7 November 2010

Bandung, DIY, Solo, Padang, Riau
• Senin, 8 November 2010

Catatan : Kepada seluruh peserta aksi diharapkan mempersiapkan donasi untuk membantu korban bencana Tsunami Mentawai dan Gunung Merapi.

Welcome the New Real Avatar


"Air, Api, Tanah, dan Udara, dahulu keempat negara hidup dengan damai, namun semuanya berubah saat negara api menyerang. Hanya Avatar yang mampu mengendalikan keempat elemen yang dapat menghentikannya. Namun saat dunia membutuhkannya dia menghilang. Beratus tahun kemudian aku dan kakakku menemukan seorang avatar muda yang baru. Seorang pengendali udara bernama Aang. Walaupun ilmu pengedalian udaranya sangat bagus, namun dia masih butuh banyak waktu untuk bisa menguasai semuanya, Tapi aku yakin, Aang dapat menyelamatkan dunia".

Syabab.Com - Hmmm,... Sobat muda, kamu tentu udah nggak asing dengan cerita di awal tadi. Masih ingat gak? Hayoo.., cerita apa coba? Dapet 100 deh kalo kamu bisa jawab? Yang pasti bukan cerita si Kabayan cari Nyi Iteung atawa cerita Si Kardun dan si Aang. Tapi, “Itu mah cerita Avatar the Last Air Bender legend atawa Avatar si Pengendali Udara!” Yup, bagi kamu yang menjawab seperti itu 100 deh, hadiah cepeannya minta aja ama temen kamu...kalo kita lagi nggak punya recehan neh... (ups.. emangnya tukang ngamen) he..he...

Oke deh kalo begitu! Kamu udah kenal kan cerita film kartun Avatar? Yang doyan kartun pastilah tahu. Soalnya film kartun yang satu ini berulang kali ditayangin di salah satu stasiun televisi di negeri ini. Di sini kita nggak bakalan ngomongin tentang gimana hebatnya si AvataR. Pokoke bagi kamu yang udah nonton, pasti sudah tahu. Hebat lah si Aang tuh, masih kecil tapi jagoan, nguasai semua ilmu beladiri. Apalagi disebut di awal, dia sebagai penyelamat dunia.

Cuma cerita singkatnya aja neh, Dalam episode "The Boy in the Iceberg," dua remaja dari Suku Air Selatan yang bernama Katara – seorang pengendali air – dan kakaknya yang bernama Sokka, menemukan Aang dalam sebuah bongkahan es, kemudian mereka membebaskannya. Aang adalah seorang bocah pengendali udara yang merupakan seorang Avatar. Seratus tahunan remaja Aang terkurung di dalam bongkahan es, setelah ia bertemu dengan badai saat dirinya kabur dari Kuil Udara selatan karena ia merasa kebingungan dan tertekan setelah dia diberitahu akan terjadi perang antar bangsa, sehingga seorang Avatar dibutuhkan.

Dari penjelasan, kedua kakak beradik itu Aang tahu bahwa selama ia menghilang, ketakutan para pendahulunya akan terjadinya perang telah menjadi kenyataan. Bertahun-tahun selama ia kabur, Negara Api yang menjadi rumah para pengendali api, mengadakan perang menggempur tiga bangsa lainnya, yaitu Kerajaan Bumi, Suku Air, dan Pengembara Udara. Seluruh kuil udara dihancurkan, termasuk Pengembara Udara, semuanya dibantai supaya Avatar tidak bisa datang lagi. Hal itu menyebabkan Aang menjadi pengendali udara terakhir di muka bumi. Karena dia seorang Avatar, sudah merupakan kewajibannya untuk mempelajari pengendalian empat unsur, agar bisa mengalahkan Raja Api dan membawa kembali kedamaian dan keharmonisan di muka bumi. Untuk memikul tugas tersebut, Aang ditemani oleh Katara dan Sokka, bersama dengan dua hewan peliharaannya – Momo dan Appa – untuk mencari ahli pengendalian unsur-unsur dan belajar untuk menjadi seorang Avatar, dan pada saat yang sama mereka harus menghindari upaya penangkapan oleh pihak Negara Api (Lihat wikipedia, Avatar: The Legend of Aang).

Avatar v.s Caliphate = Mirip!

Sobat muda, tahu gak? “Nggak...!!!” Ya, iyalah wong kita belum ngasih tahu...Ckk...ckckkk. Begini, Secara garis besar, terlepas dari adanya pengaruh unsur-unsur budaya tertentu, cerita Avatar ini hampir mirip lho dengan sejarah dan realitas umat Islam. Maksud lho? Bisa jadi, pengarang cerita ini tahu banget atau juga terinspirasi dari sejarah perjalanan umat Islam hingga saat ini. Melihat cerita Avatar tersebut, kita sebagai seorang pemuda Muslim jadi teringat dengan pemimpin umat yang mustinya ada sebagai pelindung umatnya.

Coba aja kamu simak paparan Katara pada setiap awal episode di cerita Avatar tersebut. “Air, Api, Tanah, dan Udara, dahulu keempat negara hidup dengan damai, namun semuanya berubah saat negara api menyerang. Hanya Avatar yang mampu mengendalikan keempat elemen yang dapat menghentikannya.” Kenapa sih dulunya bangsa-bangsa tersebut damai? Tentu saja hal itu terjadi karena memang mereka hidup di bawah kepemimpinan seorang Avatar dan tidak ada satu pun negara yang serakah. Tetapi dengan kesombongan dan kecongkakkannya, negara api menyerang negara-negara lainnya. Akhirnya, kedamaian pun hilang. Yang ada hanyalah pembunuhan, penyiksaan, ketamakan kesewenang-wenangan, penahanan, dan kerusakkan lainnya.

Di cerita Avatar itu pun disebutkan bahwa semua kerusakkan tersebut hanya dapat dihentikan oleh seseorang yang disebut dengan Avatar. Memang sih sejak dahulu, Avatar senantiasa ada. Setiap kali Avatar yang satu mangkat, selalu digantikan oleh Avatar berikutnya. Avatar adalah seorang penyelamat dunia. Dialah yang mampu menyatukan kembali bangsa Air, Api, Tanah dan Udara. Tetapi, ketika kedamaian itu tidak ada, seorang Avatar yang dibutuhkan tersebut ternyata menghilang. Yang akhirnya, derita yang menimpa bangsa Air dan bangsa Tanah terus berlangsung. “Namun saat dunia membutuhkannya dia menghilang.

Sobat, mirip gak sih cerita Avatar itu dengan cerita realitas atau kenyataan kita? Ini sangat mirip lho dengan apa yang menimpa dunia Islam hari ini. Sumpeh lho, biar dikasih duit pun.... Hah... !! Kalo boleh neh kita mengubah cerita awal tersebut dengan versi nyata dunia Islam, bunyinya jadi begini, “Dahulu kala, negeri-negeri bersatu dari Spanyol hingga Melayu hidup dengan kedamaian dan kebahagiaan. Namun, semuanya berubah setelah kaum kafir menyerang.”

Bener kan, dulu kita umat Islam, dari mulai Spanyol hingga nusantara ini bersatu padu di bawah satu kepemimpinan yang menyatukan mereka, yakni Khilafah. Seorang Khalifah, pempimpin negara Khilafah, telah menjadi payung dan perisai pelindung umat. Umat ini berwibawa dan disegani saat kita hidup di bawah naungan Khilafah. Islam pernah menguasai hampir 2/3 dunia. Demikian pula, awal mula peradaban mulia itu diawali oleh Islam. Termasuk di dalamnya dalam penguasa sains dan teknologi yang meningspirasi dunia Barat. Dunia mengakui hal ini. Sumpeh lho...! Kamu nggak percaya? Simak aja pengakuan seorang pentolan di sebuah perusahan komputer ternama di dunia. Carly Fiorina, CEO Hewlett-Packard (HP), menulis:

“Dulu pernah ada sebuah peradaban yang paling besar di dunia. Peradaban itu mampu menghasilkan sebuah negara super yang membentang dari samudera ke samudera, dari daerah sub-tropik hingga ke daerah tropik dan gurun. Dalam wilayah kekuasaannya, tinggal ratusan juta warganya, yang tediri dari berbagai kepercayaan dan bangsa. Salah satu dari sekian banyak bahasanya menjadi bahasa universal dan menjadi jembatan penghubung antar warganya yang tinggal di berbagai negeri. Tentaranya tersusun dari orang-orang yang berlainan kebangsaanya. Kekuatan militernya mampu memberikan kedamaian dan kesejahteraan yang belum pernah ada sebelumnya. Jangkauan armada perdaganganya membentang dari Amerika Latin sampai ke Cina, serta daerah-daerah yang berada di antara keduanya.

Kemajuan peradaban ini sangat ditentukan oleh berbagai penemuan yang diraih oleh para pakarnya. Para arsiteknya mampu mendesain bangunan melawan hukum gravitasi. Para pakar matematikanya menciptakan aljabar; juga algoritma yang menjadi pengembangan teknologi komputer dan penyusunan bahasa komputer, para dokternya mempelajari tubuh manusia hingga mampu menemukan berbagai obat untuk menyembuhkan beraneka ragam penyakit. Para pakar astronomiya mengamati langit, memberikan nama bintang-bintang, serta merintis teori seputar perjalanan dan penelitian ruang angkasa. Ketika bangsa-bangsa lain khawatir terhadap munculnya berbagai pemikiran, peradaban ini justru memacu kemunculan beraneka ragam ide dan gagasan. Ketika pemberangusan seringkali mengancam keberadaan ilmu pengetahuan, peradaban ini justru melindungi, mempertahankan, serta menyampaikannya kepada umat-umat lain.

Peradaban barat modern mendapatkan banyak manfaat dari kemajuan ini. Peradaban yang saya maksudkan adalah dunia Islam dari tahun 800 M sampai dengan 1600 M, termasuk di dalamnya wilayah Negara Khilafah Utsmaniyah, Baghdad, Damaskus dan Kairo; demikian pula masa-masa para pemimpin yang cemerlang, seperti Khalifah Sulaiman yang perkasa.......” Nah lho!

Tetapi semuanya kini berubah. Setelah perencanaan yang panjang akhirnya, Barat berhasil merubuhkan kekuatan umat Islam. Tepatnya pada tanggal 3 Maret 1924, institusi pemersatu umat itu dibubarkan oleh seorang pengkhianat yang bernama Mustafa Kemal Pasha at-Turk. Sejak itulah, dunia Islam memburam. Barat menyuntikkan senjata racun yang mematikan kepada tubuh umat Islam, termasuk generasi muda. Senjata ini pula yang telah digunakan oleh barat dalam membunuh Khilafah tersebut. Senjata yang dimaksudkan adalah ide-ide Barat yang hingga kini terus menerus dipaksakan kepada generasi muda muslim, seperti ide kebebasan, hak asasi manusia, nasionalisme, sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), demokrasi, dan ide-ide busuk lainnya.

Ketika kaum Muslim tidak lagi berada dalam pangkuan Khilafah, satu demi satu negeri kaum Muslim terpecah belah, yang disekat-sekat oleh ikatan semu nasionalisme. Dengan begitu Barat leluasa menjajah negeri-negeri kaum Muslim bahkan hingga hari ini. Saudara-saudara kita di Palestina, Afghanistan, Pakistan, Kashmir, dan negeri-negeri lainnya menjerit meminta pertolongan. Mereka dibunuhi, tanahnya dirampas, sumber daya alamnya dijarah dan dijajah oleh kaum kafir penjajah. Mirip gak sih dengan cerita Avatar? So pasti lah... Jika di film Avatar, yang jahatnya adalah si Raja Api, maka hari ini, raja Api itu adalah ibarat Amerika Serakah (AS) yang terus menerus hingga kini menjajah negeri-negeri kaum Muslim. Anehnya, sang raja penjajah tersebut malah akan menjadi tamu di negeri ini? Weleh..weleh rek...!

Jadi Avatar Nyata Yuk!

Seperti halnya di film Avatar, kejahatan akan segera musnah. Apalagi setelah munculnya sang Avatar. Kejahatan dan kemunduran yang menimpa umat Islam pun akan segera berakhir, setelah sang islamic avatar atau the caliphate alias Khilafah kembali hadir memimpin dunia. Seperti halnya Aang, dia masih muda dan terus berjuang menimba ilmu untuk menjadi sosok avatar. Begitu juga, hari ini jutaan para pemuda Muslim di seluruh penjuru dunia bahu-membahu untuk kembali mewujudkan sang pembebas dunia dari penjajahan. Mereka bersatu di bawah panji Rasulullah dan menginginkan Khilafah kembali. Nggak percaya? Simak nih kata-kata dalam sebuah lirik rap anak muda Amrik sana yang dibawakan oleh SOA. Dia bilang, “Its time to take a STAND! Follow ONLY Allah's Commands! Put Khilafah back on the MAP. ITS TIME TO BRING ISLAM BACK”. Anak muda Muslim Inggris juga nggak ketinggalan, mereka menyerukan “Bring Back Islam, Bring Back The Khilafah” dalam sebuah lirik hiphopnya.

Gimana dengan para pemuda Muslim di negeri ini? So, pasti harus lebih dari itu. Di negeri David Backham aja, para pemuda muslimnya menyerukan Khilafah. Masa di kita nggak. Malu dong...ah! Yuk mulai hari ini kita pelajari Islam sebagai dien yang komplit, pahami, amalkan dan dakwahkan. Seperti halnya Avatar, masih muda tapi terus belajar sekalipun ia jagoan untuk menghentikan segala kejahatan. Kapan sih? Ya, saat ini juga, sebelum ajal menjemput, hingga Islam berjaya kembali di bawah naungan KHILAFAH! Oke bro.. Yuk, cabut coy...!! - Sumber: Buletin Muslimuda Edisi 03/Th.01/Maret2010-Rabiul Awal 1431 H - [m/Syabab.Com].

Rabu, 03 November 2010

Asing Tetap Jadi Kiblat, Negara Makin Sesat


Syabab.Com - Meski banyak menuai kecaman dari berbagai kalangan, Badan Kehormatan DPR tetap melakukan studi banding ke Yunani sejak 23 Oktober lalu guna mempelajari etika. Padahal Yunani sendiri adalah negara yang paling korup di Eropa. Korupsilah di antaranya yang menjadi faktor utama Yunani mengalami krisis ekonomi belum lama ini (Republika, 25/10/10).

Sebelumnya, Komisi VIII DPR (bidang sosial agama) juga melakukan kunjungan kerja (9-16 Oktober 2010) ke Amerika Serikat untuk mempelajari kehidupan kerukunan umat beragama (Inilah.com, 7/10/10).

Sejauh ini, yang dikecam oleh berbagai elemen masyarakat hanyalah seputar pemborosan dana akibat studi banding itu. Menurut Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran, Yuna Farhan, setiap kali kunjungan ke luar negeri, tiap anggota Dewan mendapat uang saku sebesar Rp 20-28 juta dan uang representasi US$ 2.000 (Sekitar Rp 20 juta). Koalisi Masyarakat Sipil memperkirakan dana studi banding DPR RI mencapai Rp162,94 miliar pada 2010 ini dan berpotensi menimbulkan tindak pidana korupsi (Bisnis.com, 16/9/2010).

Menurut catatan Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia (PSHK), studi banding oleh DPR belakangan makin sering dilaksanakan. Pada Tahun Sidang 2009-2010 (Oktober 2009 s/d Agustus 2010) tercatat sudah 8 (delapan) kali, dengan tujuan 9 (sembilan) negara (Australia, Cina, Maroko, Jerman, Prancis, Austria, Turki, Belanda dan Selandia Baru). Adapun Tahun Sidang 2010-2011 (pertengahan Agustus 2010 s/d akhir September 2010), DPR telah melakukan studi banding sebanyak 7 (tujuh) kali ke tujuh negara (Selandia Baru, Belanda, Korea Selatan, Jepang, Afrika Selatan, Inggris dan Kanada). Total, hanya kurang dari 10 bulan (Tahun Sidang 2009-2010) hingga akhir September 2010, DPR melakukan 19 kali studi banding ke 14 negara.

Dari berbagai sumber, sejumlah Panja DPR dan Komisi II juga telah merencanakan studi banding ke Jerman, Prancis, Swiss, Inggris, Jepang, Korea Selatan, India dan Cina. Mayoritas kegiatan studi banding itu dikaitkan dengan kepentingan pembahasan rancangan undang-undang.

DPR periode sebelumnya, dari hasil penelusuran situs www.dpr.or.id, selama tahun 2004-2009 tercatat melakukan sebanyak 143 kunjungan ke luar negeri.

Menghasilkan UU yang Buruk

Meski studi banding ke luar negeri menjadi agenda rutin para anggota Dewan setiap tahun, nyatanya DPR banyak memproduksi UU yang berkualitas buruk. Sejak 2003-2010, Mahkamah Konstitusi (MK) telah menerima 298 permohonan uji materi terhadap undang-undang, dan 58 undang-undang yang dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945. Menurut Ketua MK Mahfud MD, banyaknya ketentuan perundangan yang dinyatakan inkonstitusional menunjukkan kemampuan legislasi anggota DPR rendah. Menurut dia, penyebabnya antara lain: Pertama, undang-undang yang disusun adalah produk permainan politik. Kedua, undang-undang yang disusun DPR dan Pemerintah tidak mampu mengikuti perkembangan kebutuhan di lapangan… (Indo Pos, 30/12/09).

Selain itu, “Faktor utamanya adalah niat dan kemampuan legislasi DPR. Banyak UU yang dibuat dalam perspektif sempit, jangka pendek dan untuk mengakomodasi elit politik tertentu, seperti yang terjadi di UU Pemilu,” ungkap peneliti Pusat Studi Hukum Tata Negara Universitas Indonesia Refly Harun di Jakarta (Media Indonesia, 1/8/10).

Menguntungkan Pihak Asing

Selain banyak berkiblat ke negara asing dalam memproduksi UU, faktanya Pemerintah dan DPR pun memberikan peluang kepada pihak asing dalam hal penyusunan UU. Akibatnya, alih-alih pro rakyat, banyak UU produk DPR yang justru menguntungkan pihak asing. Sebagaimana diungkapkan anggota DPR Eva Kusuma Sundari, setidaknya ada 76 Undang-Undang (UU) dan puluhan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang sarat dengan kepentingan asing. Menurut Eva, dia mendapatkan informasi tersebut dari hasil kajian Badan Intelijen Nasional (BIN) yang menengarai adanya tiga lembaga strategis dari Amerika Serikat-yaitu World Bank (Bank Dunia), International Monetary Fund (IMF) dan United States Agency for International Development (USAID)-di belakang semua itu.

Menurut dia, keterlibatan Bank Dunia telah membuat Pemerintah mengubah sejumlah UU seperti UU Pendidikan Nasional, UU Kesehatan, UU Kelistrikan dan UU Sumber Daya Air. Dalam UU Sumber Daya Air, penyusupan kepentingan asing adalah dalam bentuk pemberian izin kepada pihak asing untuk menjadi operator atau pengelola. Menurut dia, pemberian izin tersebut secara otomatis telah mematikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Adapun dalam UU Kelistrikan, Bank Dunia mengarahkan pengelolaan listrik oleh pihak swasta atau dikelola masing-masing daerah.

Selain Bank Dunia, IMF juga menyusupkan kepentingannya melalui beberapa UU. Misalnya, UU BUMN dan UU Penanaman Modal Asing. Dengan menerima bantuan IMF, secara otomatis Pemerintah pasti harus mengikuti ke tentuan IMF. “Misalnya seperti privatisasi BUMN dan membuka kesempatan penanaman modal asing di usaha strategis yang seharusnya dikuasai negara,” ucapnya lagi.

Khusus terkait keterlibatan USAID, bisa dilihat pada UU Migas (No 22 Tahun 2001), UU Pemilu (No 10 Tahun 2008), dan UU Perbankan yang kini tengah digodok Pemerintah untuk direvisi. Selama masa reformasi, USAID telah menjadi konsultan dan membantu Pemerintah dalam bidang pendidikan pemilih, serta penyelenggaraan dan pengawasan Pemilu. Di sektor keuangan, USAID juga turut membantu usaha restrukturisasi perbankan, pengembangan perangkat ekonomi makro yang baru serta mendorong partisipasi masyarakat dalam penentuan kebijakan ekonomi. “Dengan keterlibatannya dalam membantu pelaksanaan Pemilu dan pengembangan demokrasi, USAID telah menyusupkan paham liberalisme dalam mekanisme pemilihan secara langsung yang terkesan demokratis, namun ternyata rawan dengan politik uang,” ungkap Eva.

Kiki Syahnakri, Ketua Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) membenarkan adanya dugaan intervensi kepentingan asing dalam RUU dan UU di Indonesia sejak beberapa tahun lalu. “Terdapat 72 perundang-undangan yang baru hasil reformasi merupakan pesanan asing. Ini berdasarkan kajian BIN pada 2006 lalu. Salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing,” bebernya.

UU tersebut memberikan ruang bagi perusahaan asing untuk dapat mengelola lahan selama 95 tahun. Bahkan bisa diperpanjang hingga 35 dan 65 tahun lagi. UU lainnya, kata Kiki, adalah UU Tentara Nasional Indonesia. Selama ini UU itu justru mengerdilkan peran TNI di masyarakat. Padahal Indonesia memiliki potensi konflik dan potensi ancaman yang sangat besar. Makanya, Kiki menuntut DPR maupun Pemerintah bertanggung jawab atas lolosnya perundang-undangan tersebut (Rakyatmerdela.co.id, 12/10/10).

Dua Penyebab

Dari paparan di atas, jelas ada dua masalah yang dihadapi bangsa dan negeri ini. Pertama: kualitas para pengurus negara yang amat rendah, baik di jajaran Pemerintah maupun DPR, sehingga tidak pernah mampu memproduksi UU dan peraturan yang berkualitas. Kedua: penerapan sistem kenegaraan dan pemerintahan yang juga rusak, yakni sistem demokrasi, yang berakar pada sekularisme. Sistem inilah yang telah menyingkirkan hukum-hukum Allah SWT (syariah Islam) untuk mengatur kehidupan manusia. Sebaliknya, sistem ini memberi manusia-yang notabene lemah dan terbatas-hak mutlak membuat hukum. Akibatnya, suatu bangsa atau negeri yang menerapkan sistem demokrasi tidak pernah tuntas dalam memproduksi UU dan peraturan untuk mengatur kehidupan masyarakatnya. Bayangkan, di negeri ini, dengan siklus pergantian anggota DPR ataupun jajaran Pemerintahan setiap lima tahun sekali melalui proses Pemilu, banyak UU dan peraturan yang dibuat pada periode sebelumnya, diubah bahkan diganti oleh DPR/Pemerintah periode yang baru. Begitu seterusnya setiap lima tahun sekali.

Berkiblatlah ke Negara Khilafah

Karena dua sebab/masalah di atas, solusinya pun ada dua. Pertama: negara ini harus dipimpin oleh orang-orang yang bertakwa, amanah dan memiliki kapasitas untuk memimpin negara, tentu berdasarkan syariah Islam. Dengan kata lain, para pemangku negara ini haruslah orang-orang yang memahami akidah dan syariah Islam (faqih fi ad-din), selain memiliki kepribadian Islam dan kemampuan untuk memimpin negara.

Kedua: Sistem kenegaraan dan pemerintahan negeri ini harus diubah dari sistem demokrasi sekular ke sistem kenegaraan dan pemerintahan berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah. Itulah sistem Khilafah, satu-satunya sistem kenegaraan dan pemerintahan Islam, yang memberikan hak membuat hukum hanya kepada Allah SWT. Sistem Khilafah inilah yang menjadikan Khalifah (kepala negara) hanya berwenang memberlakukan sekaligus menerapkan syariah Islam saja.

Saat negara dipimpin oleh orang-orang yang faqih fi ad-din, berkepribadian Islam dan memiliki kemampuan untuk memimpin negara, otomatis studi banding dalam rangka pembuatan UU ke negara-negara asing yang notebene kufur tidaklah diperlukan. Sebab, sistem per-UU-an dan peraturan mereka adalah batil. Negara (Khilafah) cukup menggali hukum dari al-Quran dan as-Sunnah melalui ijtihad yang sahih, baik yang dilakukan oleh Khalifah maupun dengan mengadopsi hasil ijtihad para mujtahid.

Studi banding hanya mungkin dilakukan dalam masalah-masalah teknikal atau berkaitan dengan teknologi. Ini pernah dilakukan Rasulullah saw. saat memimpin Daulah Islam di Madinah. Saat itu beliau pernah mengirim orang-orang khusus untuk mempelajari teknologi pembuatan pedang di negeri Yaman. Demikian pula Khalifah Umar bin al-Khaththab ra. yang pada masanya pernah mencontoh teknik pengarsipan keuangan Negara Khilafah (Baitul Mal)-yang disebut dengan diwan-dari negeri Persia.

Adapun dengan sistem pemerintahan Khilafah yang hanya menerapkan syariah, otomatis campur tangan asing dalam pembuatan UU juga bisa dihindari. Sebab, saat Khilafah hanya merujuk pada al-Quran dan as-Sunnah dalam membuat UU, pihak asing akan kesulitan memaksakan ideologinya yang kufur maupun berbagai kepentingan kapitalistiknya ke dalam tubuh Khilafah. Mahabenar Allah SWT yang berfirman:

أَفَحُكمَ الجٰهِلِيَّةِ يَبغونَ ۚ وَمَن أَحسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكمًا لِقَومٍ يوقِنونَ ﴿٥٠﴾

Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50).
Walhasil, hendaknya negeri yang berpenduduk mayoritas Muslim ini menjadikan Khilafah Islam pada masa lalu sebagai kiblat dalam mengelola negara ini, bukan berkiblat ke negara-negara asing. Sebab, jika pihak asing tetap dijadikan kiblat, niscaya negara ini makin sesat! Na’udzu billah min dzalik. []

KOMENTAR AL-ISLAM:

DPR Cueki Kritik Publik (Republika, 26/10/10).

Makin jelas, kedaulatan rakyat dalam demokrasi hanyalah omong-kosong.

Sumber: Buletin Dakwah AL-ISLAM, Edisi: 528

Inggris Kini Memiliki Banyak Muhammad, Bukti Islam Akan Mendominasi Dunia


Syabab.Com - Subhanallah, memang tidak akan lama lagi, Islam akan meliputi ujung timur dan barat dunia. Di saat itulah, Islam akan mendominasi dunia. Perkembangan jumlah pemeluk Islam di Eropa kian meningkat. Paling tidak dapat dilihat dari nama Muhammad yang kini menjadi nama bayai terpopuler di Inggris. Muhammad menjadai nama yang paling sering diberikan untuk bayi laki-laki dalam daftar nama bayi yang paling populer di Inggris.



Sekitar 7.515 bayi laki-laki telah diberi nama Muhammad, dengan berbagai ejaan, menempatkan posisi nama bayi terpopuler ketiga setelah Oliver dan Jack.

Kepopularitasan nama itu merupakan simbol keragaman Inggrsi, kata Dr. Justin Gest, seorang akademisi di Harvard dan London School of Economics.

Dia menambahkan bahwa "Di mana kita memiliki banyak Johns dan Jack, kami juga punya banyak Muhammad sekarang."

Angka-angka dari Kantor Statistik Nasional menggambarkan bahwa ada 3.300 anak laki-laki diberi nama Mohammed, 2162 bernama Muhammad, 1.073 Mohammads, dan 980 lainnya bernama Muhammad, Mohammed, Mohamad, Muhamed, atau Mohammod.

Para ahli percaya perkembangan tersebut mecerminkan popularitas nama yang luar biasa diantara Muslim Inggris bukan karena "ledakan" jumlah penduduk Muslim Inggris.

Tahun 2009 menunjukkan nama itu telah berkembang cukup luas dalam popularitas di beberapa tahun terakhir.

Sejak 1999 jumlah bayi yang diberikan nama Muhammad, meningkat apapun ejaannya. Saat itu nama Muhammad diberikan pada 4.579 bayi laki-laki yang baru lahir. Lebih jauh lagi, ejaan Mohammed masuk dalam peringkat 73 dalam daftar tahun 1964 dan peringkat 87 pada 1944.

Kaum Muslim melihat Nabi Muhammad Saw. sebagai "teladan" dan berusaha untuk agar anak-anak mereka meniru hidupnya dan mengikuti ajarannya, menjadi nama pilihan yang jelas bagi para orang tua, tambah Gest.

Subhanalah, demikianlah, Islam sekali lagi akan mendominasi dunia. Di saat itulah, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam benar-benar nyata. Insya Allah, tidak akan lama lagi di bawah naungan Khilafah Rasyidah yang mengikuti metode kenabian. Takbir! [m/f/prstv/syabab.com]

Stop Kristenisasi dengan Khilafah!


Misionaris terus mengembangkan berbagai cara memurtadkan umat Islam di tengah keterpurukan kaum Muslim di berbagai bidang kehidupan.

Kristenisasi tak pernah mati. Para misionaris selalu berusaha men-cari cara agar umat Islam meninggalkan agamanya atau minimal tidak lagi terikat dengan agamanya.

Dalam sebuah konferensi para Evangelis (kelompok gereja) akhir Juli lalu di California AS, mereka memaparkan strategi pemurtadan terhadap kaum Muslim. Seperti dikutip The Christian Today, Kepala Gereja Presbiterian asal Ghana, Dr John Azumah, mengungkap ada empat strategi ampuh untuk memurtadkan orang Islam.

Strategi pertama, umat Kristiani harus melakukan upaya untuk mengetahui seluk beluk Muslim. Kedua, untuk menarik hati orang-orang Islam, para misionaris harus bersikap seperti “sinar” dan bukan sebagai “lampu sorot.”

”Hentikan pendekatan dengan gaya lampu sorot dan jadilah lentera. Jangan langsung menembak dengan menggunakan ayat-ayat alkitab, tapi tariklah mereka (Muslim) dengan cara menunjukkan bahwa Anda mencintai mereka, setelah itu baru gunakan ayat-ayat alkitab, ” jelas Azumah.
Strategi ketiga, dengan cara berbagi pengalaman dan pengakuan pribadi. Cara ini, kata Azumah, sangat ampuh karena langsung melibatkan orang yang punya pengalaman pribadi. Keempat, menunggu perubahan. ”Anda mungkin punya sumber daya, punya pengetahuan, punya antusiasme, tapi tunggulah sam-pai Roh Kudus datang pada kalian. Ini adalah bisnis spiritual,” ujarnya.
Dedengkot Evangelis ini menyarankan agar umat Kristiani membuka jalan untuk lebih banyak berinteraksi dengan komunitas Muslim. ”Masuklah ke komunitas-komunitas Muslim, negara-negara Muslim dan dunia Muslim-pelajari budaya dan bahasa mereka, jangan paksa mereka untuk memahami bahasa Anda,” kata Azumah.

Kristenisasi didorong oleh dua motif. Pertama, motif agama. Dalam Kitab Perjanjian Baru, Markus: 28: 18-19, disebutkan: “Kepadaku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Ayat ini menjadi acuan keharusan menyebarkan Kristen ke seluruh dunia. Yang menjadi sasaran dalam motif ini ialah setiap penduduk bumi yang non-Kristen.

Kedua, motif ideologis. Dalam hal ini kristenisasi menjadikan Islam dan umatnya sebagai sasaran utama. Kardinal Lavie Garry menyatakan bahwa agama yang paling kuat dan tidak bisa ditaklukkan adalah agama Islam. Oleh karena itu para misionaris berharap agar seluruh kaum Muslim menjadi Kristen. Meskipun para misionaris juga menyebarkan ajaran mereka di kalangan Budha dan Hindu.

Kekalahan dalam Perang Salib membuat Kristen menaruh dendam kesumat terhadap Islam. Perang Salib juga menjadi inspirasi bagi lahirnya 'Perang Salib baru'. Lutfi Liqunian, seorang penulis Kristen, menulis, “Eropa dalam Perang Salib menggunakan pedang, sekarang menggunakan penyebaran paham sebagai cara untuk mencapai maksud-maksudnya. Dengan Perang Salib baru ini, Eropa ingin mencapai tujuannya tanpa pertumpahan darah. Dalam usahanya ini, Eropa memanfatkan gereja, sekolah-sekolah, dan rumah sakit serta menyebarkan misionaris mereka.”

Raymond Lull adalah orang Kristen pertama yang mengumandangkan kristenisasi menyusul kekalahan pada Perang Salib. Menurutnya, cara untuk menaklukkan dunia Islam bukanlah dengan kekuatan senjata atau kekerasan, melainkan dengan kata, logika, dan kasih.

Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlak sebagaimana seorang Muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.” Strategi inilah yang berhasil meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah.

Kelemahan Umat
Keberhasilan misi Kristen di dunia Islam tidak lepas dari beberapa faktor. Pertama, faktor ideologis. Umat Islam sangat lemah dalam memahami fikrah (pemikiran/ide) Islam dan metode menerapkan pemikiran tersebut di tengah-tengah kehidupan mereka. Tak bisa dimungkiri ada persoalan akidah, baik yang kabur maupun lemah dalam memahami masalah paling mendasar ini. Akidah Islam hanya dipahami sebagai akidah ruhiyah (ritual) semata dan terlepas dari akidah politik yang menjadi landasan hubungan sesama manusia. Akibatnya, Islam pun dipahami secara sempit dan tidak menyeluruh (kaffah).

Faktor kedua yakni ketiadaan Daulah Khilafah Islam. Tanpa institusi politik Islam ini hukum-hukum Allah tidak bisa ditegakkan secara kaffah. Akibatnya, berbagai problema muncul di tengah-tengah umat seperti kemiskinan, kebodohan, pengangguran, disintegrasi, konflik horizontal, dan sebagainya. Prob-lem inilah yang dimanfaatkan oleh para misionaris untuk menggerogoti akidah umat Islam. Kaum Muslim tak bisa berbuat apa-apa karena memang tidak memiliki pelindung sejati yang membentengi mereka.

Solusi
Menyimak faktor tersebut, tidak ada lain solusi masalah Kristenisasi ini yaitu tegaknya kembali Daulah Khilafah. Adanya khilafah akan menjamin berbagai kebutuhan pokok rakyat (sandang, pangan, dan papan). Negara juga berkewajiban memenuhi kebutuhan dasar rakyat seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan.

Lebih dari itu, khilafah akan menjaga dan melindungi akidah umat. Khilafah tidak akan membiarkan para misionaris berkeliaran menyebar virus akidah di tengah kaum Muslimin, kendati mereka tetap diperbolehkan menjalankan agama mereka. Negara tak akan segan menghukum mati orang-orang murtad yang tak mau kembali kepada Islam.

Karena itu, hanya negara yang menerapkan syariah Islam secara kaffah yang bisa membendung arus Kristenisasi. Tidak ada alternatif lainnya.[] mujiyanto

Akar Terorisme: Invasi, Pendudukan, dan Dominasi Luar Negeri


mediaumat.com- Profesor Robert Pape dari Universitas Chicago yang bekerja pada bagia Proyek Untuk Keamanan dan Terorisme baru-baru ini menerbitkan tulisan hasil penelitiannya yang luas yang menganalisa setiap kasus dari 2200 bom bunuh diri yang terjadi sejak tahun 1980. Penelitiannya itu dilakukan berdasarkan riset terdahulu yang dilakukannya sendiri pada bukunya terdahulu yang terbit pada tahun 2005 yang berjudul "Mati Untuk Menang".

Penelitiannya yang baru itu menemukan bahwa:

* Bom bunuh diri meningkat secara drastis menyusul dilakukannya invasi atas Irak dan Afghanistan, dari yang awalnya berjumlah 300 kasus pada tahun 1980 hingga tahun 2003, menjadi 1800 kasus pada tahun 2004 hingga 2009.
* Lebih dari 90 % serangan bunuh diri di seluruh dunia adalah yang berkaitan dengan anti-Amerika.
* Bertentangan dengan keyakinan bahwa serangan-serangan tersebut dilakukan oleh "orang asing", mayoritas kasus yang terjadi dilakukan oleh penduduk setempat suatu wilayah: contohnya 90% dari serangan bunuh diri di Afghanistan dilakukan oleh orang Afghan.
* Serangan bunuh diri lebih mungkin terjadi ketika"jarak sosial" antara pihak yang diduduki dan menduduki menjai lebih lebar dan bahwa agaman bukanlah faktor satu-satunya yang menentukan hal ini terjadi karena dia juga menunjuk pada kelompok-kelompok sekuler yang juga melakukan serangan-serangan bunuh diri seperti LTTE (Macan Tamil-yang bergama Hindu) melawan orang yang beragama Budha.
* Serangan bunuh diri merupakan upaya terakhir yang dilakukan manakalah semua usaha non-bunuh diri telah gagal.

Profesor Pope berargumen bahwa riset yang dilakukan oleh kelompoknya menunjukkan alasan yang mendasari Perang Melawan Teror, yakni bahwa serangan-serangan semacam ini dan juga Serangan 11/9 adalah sebuah fungsi yang dilakukan oleh kaum Muslim yang membenci nilai-nilai Barat dan oleh karenanya diperlukan Demokrasi untuk membawa stabilitas di Dunia Muslim, adalah suatu alasan yang keliru. Tulisannya menunjukkan : "(Penyebabnya) adalah pendudukan, bodoh"

Risetnya menunjukkan suatu kesimpulan pada sesuatu yang telah lama diklaim oleh banyak orang di Dunia Muslim, bahwa kejadian-kejadian sejak, dan memang sebelum 11/9 tidak bisa dipisahkan dari konteks dimana kejadian-kejadian selanjutnya terjadi.

Pengamatan yang tajam atas politik luar negeri telah lama menunjukkan bahwa Agama Islam memiliki kecendrungan akan kekerasan dan bahwa ketidak sukaan Dunia Islam dengan pengaruh Barat menyebabkan terjadinya serangan-serangan semacam itu di ibukota-ibukota negara-negara Barat untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan dan peradaban di tangan mereka, untuk tebusan ganti rugi atas saat terjadinya Inkuisisi di Spanyol pada abad ke 15 yang mengawali nasib buruk yang diderita oleh kaum Muslim.



Secara empiris, Profesor Pape merendahkan pandangannya. Penelitiannya menunjukkan bahwa ada korelasi antara pendudukan dan kekerasan pada wilayah-wilayah yang diduduki pada saat penduduk lokal berusaha mengusir kontrol luar negeri: 95% dari semua bom bunuh diri yang dianalisa adalah merupakan respon dari pendudukan yang dilakukan pihak asing.

Para penganjur dari apa apa yang dinamakan Perang Melawan Teror telah gagal untuk memberikan interpretasi atas adanya campuran retorika faktor agama, ant-pendudukan dan anti-Amerika ketika mengidentifikasi faktor-faktor yang sesungguhnya yang mendorong terjadinya tindakan-tindakan kekerasan kebencian.

Apa yang menjadi perhatian yang lebih besar lagi adalah bahwa Perang Melawan Teror telah berubah menjadi Perang Melawan Ekstrimisme pada tahun-tahun belakangan ini. Namun, front yang baru ini melestarikan alasan yang sama, bahwa Islam adalah penyebab kebencian kaum Muslim dan menolak kenyataan bahwa Barat mengerahkan pasukannya yang pada saat ini menyebar di sebagian besar Dunia Islam, dengan mendukung rezim-rezim diktator yang telah lama bercokol dan telah lama mendukung kebijakan-kebijakan yang merugikan penduduk setempat.

Hal ini kemudian dipersulit oleh sebutan yang membingungkan yang menunjuk pada keyakinan Islam yang teguh dari kaum Muslim, yang diyakini oleh meyoritas Kaum Muslim, sebagai keyakinan yang menimbulkan banyak masalah dan karenanya harus ditentang dan direformasi.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh penelitian Pape, konteksnya adalah raja. Tanpa adanya pendudukan militer dan politik secara langsung, hubungan yang berbeda mungkin terjadi antara Barat dan Dunia Islam, dan bukan hubungan yang sekarang mengancam baik keamanan maupun kesejahteraan bangsa-bangsa kedua belah pihak. (htb/ra)

Islam Bukan Ancaman, Tapi Solusi Bagi Indonesia



HTI Press. Islam dan umat Islam bukanlah ancaman bagi Indonesia. Justru Islam adalah solusi untuk negeri kita, ujar Abu Ulya dalam acara Dirosah Syar’iyyah di Jakarta pada Sabtu (9/10) lalu.

Dirosah Syar’iyyah edisi ke 10 yang diselenggarakan oleh Lajnah Tsaqafiyyah DPP mengangkat tema “Akar Kekerasan di Dunia Islam, Jihad dan Imperialisme Amerika Serikat”. Acara diselenggarakan di salah satu Aula Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Binawan di kawasan Kalibata Jakarta.

Sekitar 90 peserta hadir dalam acara tersebut, tampil sebagai nara sumber: Ustadz Harits Abu Ulya (ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI) dan KH. Hafidz Abdurrahman, MA (Ketua Lajnah Tsaqafiyyah DPP HTI).

Di tengah-tengah gencarnya propaganda War on Terroirsme (WOT) yang dikomandoi oleh AS, dan upaya pembubaran ormas dan kelompok Islam ‘garis keras’ yang digalang oleh pihak-pihak yang phobi terhadap Islam, kedua nara sumber menyampaikan materi yang sangat mencerahkan.

Dalam makalahnya yang berjudul Akar Kekerasan di Dunia Islam & Imperialisme, Ust. Harits Abu Ulya menyampaikan kesimpulan sbb:

Kontra terorisme dan radikalisme di Indonesia dilatarbelakangi dan didorong oleh kondisi global terancamnya penjajahan Barat atas dunia Islam. Proyek ini tidak ditujukan untuk pemberantasan terorisme semata, sebab yang mereka targetkan adalah ulama, aktivis, dan kelompok Islam ideologis yang memperjuangkan syariah dan khilafah dengan metode intelektual non kekerasan. Proyek ini meniscayakan penciptaan opini manipulatif bahwa kaum radikal yang mengusung ide syariah dan khilafah terkait dengan terorisme.Atau dalam bentuk provokasi lain, seperti (bualan) yang diungkapkan Ariel Cohen, document RAND -Muslim world afther 9/11: “Hizbut Tahrir al Islami adalah ancaman bagi kepentingan AS dan negara-negara dimana mereka beroperasi.Mereka memiliki 5000 hingga 10 ribu anggota inti radikal, dan banyak pendukung di bekas Soviet, Asia Tengah…hampir 10 ribu anggotanya aktif di Pakistan, Syiria, Turki dan Indonesia..Dengan mengemban sikap keras anti-Amerika, berusaha menumbangkan rezim yang ada, serta menyiapkan kader bagi organisasi Islam yang lebih radikal, Hizb menunjukkan ancaman bagi kepentingan AS di Asia Tengah dan dimana saja di dunia Islam tempat rezim moderat berada..”

Islam dan umat Islam bukanlah ancaman bagi Indonesia. Justru Islam adalah solusi untuk negeri kita. Inilah yang diemban Hizbut Tahrir membangun kesadaran umat; bahwa akar masalah di negeri kita karena tidak diterapkannya syariah Islam. Sedangkan penjajahan di Indonesia dan sistem kufur adalah faktor utama yang menghalangi penerapan syariah. Untuk itu umat harus bersatu memutus mata rantai penjajahan di Indonesia demi tegaknya syariah dan khilafah.

Sementara KH. Hafidz Abdurrahman, dalam makalahnya membedah Hukum Jihad dan sekaligus membedakannya dengan imperialisme:

* Empat imam mazhab sepakat, bahwa jihad adalah mengerahkan seluruh kemampuan untuk berperang di jalan Allah, dalam rangka menjunjung tinggi kalimah Allah, baik secara langsung maupun tidak.
* Jihad ofensif (al-Jihad al-Ibtida’i): Jihad bukan karena diperangi musuh, tetapi untuk memerangi kaum Kafir, agar memeluk Islam atau tunduk di bawah Negara Islam. Hukumnya fardhu Kifayah.
* Jihad defensif (al-Jihad ad-Difa’i): Jihad karena diperangi musuh. Hukumnya fardhu ‘Ain.
* Sebelum diperangi, kaum Kafir wajib diajak untuk memeluk Islam. Jika tidak mau, diajak untuk tunduk kepada negara Islam, dengan kewajiban membayar jizyah, dan darah, harta dan kebebasan beragama mereka pun dijamin (HR. Muslim dari Sulaiman bin Buraidah).
* Jika tidak bersedia, baru diperangi, dengan tetap tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, orang tua, pendeta, merusak tempat ibadah, rumah dan menghancurkan pepohonan, dan sebagainya..

Hasilnya?

* Bangsa, suku, ras, bahasa yang berbeda-beda berhasil dilebur dalam wadah Negara Islam. Lahir ulama’ bahasa Arab dari Persia (Sibawaih), Afrika (as-Suyuthi); ahli Balaghah dari Uzbekistan (Zamakhsyari); ahli hadits dari Rusia (al-Bukhari), dsb..
* Di zaman ‘Umar tidak ada kezaliman terhadap Ahli Dzimmah..
* Di zaman ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azizi, tidak ada lagi kemiskinan di Afrika, dan negeri-negeri yang ditaklukkan ..

Sementara imperialisme adalah penjajahan untuk menguasai bangsa dan negerinya, agar bisa dikuras untuk memperkuat negara penjajah, serta melemahkan dan memiskinkan negara yang dijajah.

Hasilnya?

* AS melakukan invasi militer ke: Cina (1946-1950); Filipina (1950-1952); Guatemala (1954); Kuba (1958-1959); Libanon (1958); Laos (1960-1973); Vietnam (1960-1965); Zaire (1960-1965); Yaman Utara (1962-1969); Rep Dominika (1965); Guatemala (1966-1989); Kamboja (1970-1975); Yordania (1970); Pakistan (1971); Srilangka (1971); Muslim Filipina (1972-1989); Komunis Filipina (1972-1989); Angola (1975-1989); Afganistan (1978-1989); Iran (1978-1989); Nicaragua (1978-1979); Elsavador (1979-1989); Chad (1980-1987); Korsel (1980); Mozambique (1981-1989); Nicaragua (1981-1989); Zimbabwe (1983); Srilangka (1984-1989); Sudan (1984-1989); Somalia (1988); Irak-Kuwait (1991); Bosnia (1997); Iraq (1998); Kosovo (1999); Irak (2003-2010); Afganistan (2002-2010) (Mi Yung Yoon, Explaining US Intervention in Third Wordl Internal War, 1945-1989: 1997)

* Mark Curtis mencatat, bahwa Inggris bertanggungjawab atas kematian 10 juta orang sejak 1945 dalam berbagai konflik atau operasi militer di mana mereka memainkan peranan langsung atau saat mendukung operasi yang dilakukan sekutunya, AS (Mark Curtis, Declassified: Rogue State Britain, Januari 10 th: 2007).
* Lebih dari 1,5 juta penduduk Irak kehilangan rumah, dan terusir dari rumahnya (UNHCR, Update on the Iraq Situation, November: 2006).
* Perusahaan senjata tahun 2003, meraup untung $ 100 juta di Irak dan Afganistan.
* Pada tahun 2003: Perusahaan konstruksi Halliburton Pentagon mendapat kontrak dari USD 900 juta menjadi USD 3,9 milyar (naik 700%); Lockheed Martin USD 21,9 milyar; Boeing USD 17,3 milyar; Northrop Grumman USD 16,6 milyar hingga USD 50 milyar.
* Penyiksaan di penjara Guantanamo, Abu Ghuraib, dan penjara-penjara rahasia CIA yang ada di sejumlah negeri kaum Muslim..
* Dunia Islam: Afrika, Asia Tenggara, Asia Tengah, Timur Tengah tetap menjadi negara miskin dan terbelakang..[]